Survei: 97% Orang Gagal Bedakan Musik Buatan AI & Manusia

Music ai

Batasan antara kreativitas manusia dan kecerdasan buatan (AI) di industri musik kini hampir sepenuhnya kabur. Baru-baru ini, platform streaming musik Deezer dan lembaga riset Ipsos merilis sebuah studi berskala besar. Faktanya, studi ini mengungkap temuan mengejutkan: 97% pendengar tidak bisa lagi membedakan antara musik ciptaan manusia dan musik yang AI hasilkan sepenuhnya.

Para peneliti mendapatkan temuan ini dari survei terhadap 9.000 orang di delapan negara. Akibatnya, hasil ini mengirimkan sinyal kuat ke seluruh industri dan memicu perdebatan sengit tentang transparansi, etika, dan masa depan kreativitas musik.

Tuntutan Mendesak untuk Transparansi

Meskipun teknologi ini menunjukkan kemajuan yang luar biasa, publik merespons dengan kewaspadaan. Di satu sisi, studi yang sama menemukan bahwa banyak orang penasaran terhadap AI. Namun di sisi lain, kekhawatiran yang kuat mengimbangi antusiasme tersebut.

Fakta utamanya adalah:

  • 80% responden menuntut adanya label yang jelas pada lagu-lagu yang murni AI hasilkan.

  • Selain itu, mayoritas besar responden juga menentang praktik pelatihan model AI yang menggunakan karya musik berhak cipta tanpa persetujuan eksplisit dari artis aslinya.

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pendengar mungkin tidak dapat mendengar perbedaannya, mereka secara etis menuntut untuk mengetahui asal-usul karya yang mereka konsumsi. Singkatnya, publik tidak ingin pihak lain mengeksploitasi kreativitas manusia tanpa izin untuk melatih mesin.

Industri Musik ‘Dibanjiri’ Konten Sintetis

Skala masalah ini menjadi semakin nyata ketika Deezer mengungkap data internalnya. Platform tersebut melaporkan bahwa mereka menerima lebih dari 50.000 lagu sintetis penuh (100% buatan AI) setiap hari.

Lebih lanjut, angka ini setara dengan 34% dari total unggahan harian di platform tersebut. Pada akhirnya, banjir konten AI ini berisiko mengencerkan katalog musik, mempersulit artis manusia untuk ditemukan, dan berpotensi mengacaukan sistem pembayaran royalti.

Deezer Mengambil Langkah Pertama

Menanggapi temuan survei dan data internal mereka, Deezer mengumumkan langkah proaktif. Perusahaan tersebut menyatakan diri sebagai platform streaming besar pertama yang berkomitmen untuk:

  1. Memberi Tag (Labeling): Secara aktif mengidentifikasi dan memberi tag pada 100% musik yang AI hasilkan.

  2. Menghapus dari Rekomendasi: Mengeluarkan trek-trek AI murni dari sistem rekomendasi yang dipersonalisasi, seperti “Flow” dan playlist editorial.

Oleh karena itu, Deezer mengambil langkah ini untuk melindungi royalti artis manusia dan memastikan pendengar tetap mendapatkan pengalaman mendengarkan yang otentik dan yang manusia kurasi.

Kesimpulannya, era musik AI telah tiba, dan kini pendengar tidak dapat membedakannya dari karya manusia. Temuan survei Deezer dan Ipsos ini bukan sekadar statistik, melainkan seruan mendesak bagi industri untuk segera menetapkan standar transparansi dan etika, sebelum pendengar kehilangan kepercayaan pada apa yang mereka dengar.

Sumber:

  • Deezer Newsroom. (2024). Deezer and Ipsos Study Reveals 97% of People Can’t Tell the Difference Between AI and Human-Made Music.

Jangan lupa untuk Kunjungi website Ceratech untuk info terkini atau follow media sosial Ceratech untuk mendapat info lainnya. Klik link di bawah :

Website :Ceratech.id
Instagram : @ceratech.id
Tokopedia : Ceratech

Ceratech Kota Jakarta , Ceratech Kota Batam, Ceratech Kota Jogja, Ceratech Kota Pekanbaru

Share post ini:

Post Lainnya

Chat Sekarang
Hello 👋
Kami punya promo khusus untuk anda